Sunday, January 21, 2007
Napoleon Bonaparte Tidak Mati Diracun

Sejarah Napoleon Bonaparte Tidak Mati Diracun

Kematian Napoleon Bonaparte dua abad lalu menyisakan misteri yang menarik untuk digali. Sebagian ahli sejarah masih berpendapat bahwa hidupnya berakhir karena racun arsen, namun penelitian terakhir menunjukkan tidak.

Sejak dikalahkan Inggris pada tahun 1815, Kaisar Perancis yang sempat menikmati masa-masa kejayaan dengan menguasai hampir seluruh daratan Eropa itu dikucilkan pada pulau terpencil di Samudera Atlantik bagian selatan, Pulau St. Helena. Enam tahun kemudian, Bonaparte menghembuskan napas terakhirnya di usia 52 tahun.

Otopsi yang dilakukan saat itu menunjukkan bahwa kanker usus menjadi penyebab kematiannya. Namun, sejumlah racun arsen yang ditemukan pada tahun 1961 di rambutnya memicu kontroversi bahwa ia diracun. Alasan ini masuk akal sebab pengaruhnya di Eropa masih sangat besar sehingga dikhawatirkan akan membenrontak jika ia lepas kembali seperti yang dilakukan sebelumnya saat dikucilkan pertama kali di Pulau Elba. Tapi, semua itu baru sebatas spekulasi.

Rekam medis

Untuk menguak teka-teki tersebut, sejumlah peneliti dari Universitas Texas Barat Daya mempelajari catatan medis dokter yang memeriksanya saat itu, mengumpulkan laporan saksi mata dan sejarah kesehatan keluarganya, serta membandingkannya dengan teknik otopsi modern. Hasilnya menunjukkan, pendarahan usus mungkin faktor utama penyebab kematian secara mendadak itu.

"Meski ia lepas dari pulau tersebut, kondisi tubuhnya tidak akan mendukung. Kalaupun diobati sekarang, ia hanya tahn setahun," kata peneliti utamanya Robert Genta yang melaporkan hasil penelitiannya dalam Nature Clinical Practice Gastroenterology and Hepatology edisi Januari. Ia mengatakan, dengan teknik pembedahan dan kemoterapi sekalipun, pasien dengan kanker usus seperti dia akan sulit diobati. Deskripsi asli otoposinya menggambarkan betapa buruknya penyakit kanker yang dideritanya, dengan dua luka total sepanjang 10 centimeter, dari sebuah luka di lambung serta sebuah luka di antara dinding lambung dan hati.

Dengan membandingkan variasi 50 foto tukak lambung dan 50 foto kanker usus, para peneliti yakin bahwa yang diderita Bonaparte termasuk kanker. Dari ukurannya saja, ujar Genta, bisa diperkirakan bahwa itu kanker. Tapi, kanker tersebut berawal dari tukak lambung yang terinfeksi. Makanan yang diasinkan tanpa buah segara dan sayuran, yang menjadi menu tentara pada umumnya, turut memperparah risiko kanker ususnya. Bisa dibayangkan bagaimana penderitaan Bonaparte saat kanker yang menyerang tubuhnya mulai menjalar ke organ lainnya sampai ajal menjemput. SUMBER:KOMPAS

Labels:

 
posted by dex_swar at 6:33 PM | Permalink |


0 Comments: